Rabu, 06 April 2016

Di Balik Panggung Andy F. Noya

Sumber Gambar: nasional.kompas.com


Judul Buku: Sebuah Biografi Andy Noya: Kisah Hidupku
Penulis: Robert Adhi KSP
Editor: Andina Dwifatma
Penerbit: Penerbit Buku KOMPAS
Tahun Terbit: 2015

Kita mengenalnya sebagai Andy Noya, pembawa acara program “Kick Andy” yang selalu diidentikkan dengan dirinya. Dalam program tersebut, Andy kerap mengundang tokoh-tokoh inspiratif untuk ditampilkan kepada publik. Tokoh-tokoh yang menginspirasi tersebut datang dari berbagai latar belakang dan ditampilkan ke hadapan publik untuk memperlihatkan sisi baik kehidupan. Bahwa masih ada perjuangan dan kebaikan yang menginspirasi di balik banyaknya permasalahan kehidupan.  

Andy dikenal sebagai sosok yang dapat melontarkan pertanyaan-pertanyaan tajam kepada tamu dalam acaranya, namun tetap dalam gaya yang santai. Bahkan Ia juga kerap menyelipkan humor di balik pertanyaan-pertanyaan tajamnya itu untuk mencairkan suasana.

Di balik “panggung”nya yang banyak bercerita mengenai kisah kesuksesan orang lain, rupanya Andy juga memiliki banyak cerita dalam panggung kehidupannya sendiri. Cerita-cerita tersebut sangat inspiratif meskipun harus melewat perjalanan panjang, sehingga Ia dapat mencapai pada posisinya saat ini.

Kisah Sewaktu Kecil

Kisahnya dimulai dari masa kecil Andy yang kerap mendapatkan perlakuan diskriminasi karena alasan Ia anak keturunan Belanda, saat itu memang semangat melawan penjajahan Belanda dari arek-arek Jawa Timur masih cukup kental. Tidak berhenti di situ, cobaan hidup juga dialaminya setelah ayah dan ibunya berpisah, sehingga Ia harus menjalani masa-masa sulit untuk pindah satu tempat ke tempat lainnya mulai dari Surabaya, Malang, Jayapura, hingga Jakarta.

Pada waktu perpindahan dari satu tempat ke tempat lainnya tersebut Andy banyak mengenal kawan. Mulai dari yang membawanya pada dunia yang gelap hingga kawan yang menginspirasi. Tidak sedikit cerita ditemukan bahwa pada masa kecilnya Andy sempat menjadi anak yang nakal, selain karena minimnya pengawasan orang tua, juga karena dukungan dari kawan-kawannya. Puncak kenakalannya itu hampir mengarah ke tindakan kriminal. Ajaran tindakan kriminal ini didapatkannya dari kawanan ‘geng tiga bersaudara’, yang di kemudian hari sempat membuat Andy babak belur karena berusaha untuk meninggalkan kawanan ini.

Karir Cemerlang Andy

Minatnya pada bidang jurnalistik sudah terlihat semenjak Ia menduduki bangku Sekolah Dasar, kekuatan itu tumbuh bersama dengan dukungan moral seorang guru yang hingga sampai detik ini selalu diingat oleh Andy. Ialah ibu Ana, guru SD Andy yang memiliki pengaruh besar pada minat Andy di bidang jurnalistik. Saat Andy kalah dalam kompetisi antar kelas, Ibu Ana datang menghampirinya dan menguatkan Andy untuk tidak bersedih, Ia mengatakan bahwa Andy anak yang pandai dan memiliki talenta dalam menulis. Jika dikembangkan, suatu saat nanti Andi bisa menjadi wartawan katanya.

Setelah lulus dan menjadi lulusan terbaik dari salah satu Sekolah Teknik Menengah (STM) di daerah Jakarta, Andy mendapat tawaran beasiswa untuk bersekolah di IKIP Padang, namun keinginannya untuk menjadi wartawan lebih besar dan semakin meledak ketika Ia membaca artikel mengenai Sekolah Tinggi Publistik (STP) di sebuah majalah.

Saat masuk ke Sekolah Tinggi Publisistik ini, keinginan untuk terjun langsung ke dunia jurnalistik Andy semakin tinggi. Ia mulai menjadi reporter kontrak untuk proyek buku Grafitipers, “Apa dan Siapa Orang Indonesia”. Pada kesempatan itulah Ia menunjukkan kemampuannya dalam menulis dan berhasil mewawancarai sejumlah orang penting di Indonesia. Kelak Ia juga dimintai bantuan untuk menjadi editor dalam proyek ini.

Andy memiliki pengalaman jurnalistik yang cukup beragam. Karirnya dimulai pada saat pertama kali Ia mencoba masuk di harian ‘Prioritas’, namun karena alasan surat izin penerbitan yang mandek, akhirnya Andy memilih mencoba kembali di media ekonomi ‘Bisnis Indonesia’. Setelah bekerja di ‘Bisnis Indonesia’, Ia kemudian pindah ke majalah ‘Matra’ yang isinya mengenai gaya hidup. Setelah selesai pada majalah ‘Matra’ ini, Andy bekerja pada perusahaan yang dimiliki Surya Paloh, mulai dari media cetak harian hingga pada media elektronik.

Percobaannya untuk masuk ke harian Prioritas kala itu membawa pertemuan Andy dengan pemilik media yang Ia sebut mirip dengan “Che Guevera” itu. Setelah perkenalan dengan Surya Paloh tersebut, kisah mengenai kehidupan Andy ini banyak berisi cerita tentang ketika Ia bekerja dengan Surya Paloh. Mulai dari ‘Media Indonesia’ hingga akhirnya keluar ide dari Surya Paloh untuk membangun ‘Metro Tv’.

Andy dalam buku biografinya ini banyak memberi ruang untuk bercerita mengenai Surya Paloh. Ia menuturkan bahwa Surya Paloh adalah pemimpin yang egaliter dengan bawahannya. Dibuktikan dari hasil-hasil perdebatan antara Andy dan Surya Paloh, meskipun Surya Paloh adalah atasan Andy, Ia banyak menerima masukan dari Andy. Bahkan bukan hanya Andy saja, namun juga dari bawahan-bawahannya yang lain.

Pengalaman di bidang Jurnalistik Andy yang cukup panjang membuat idealismenya semakin kokoh. Ia selalu berjanji pada dirinya sendiri untuk memegang teguh prinsip-prinsip dasar yang sudah lama Ia tekuni, termasuk pada permasalahan pemberian amplop yang kerap dilakukan narasumber. Dengan tegas ia akan menolaknya. Hal ini juga ia terapkan ketika ia memimpin, di saat ada anak buahnya yang mencoba bermain dengan masalah amplop tersebut, Ia tak akan segan-segan mengeluarkan anak buahnya meskipun itu kawan baiknya atau bahkan anak emas sang pimpinan.

Pada akhir buku ini, diceritakan bahwa Andy memulai kehidupan lainnya sebagai pegiat sosial, untuk membantu orang-orang yang membutuhkan. Sebenarnya pekerjaan sosial sudah dilakukan sebelumnya melalui ‘Kick Andy Foundation’ , namun Ia dan istrinya kemudian membangun kembali komunitas baru yang dibiayai dari kantong pribadinya.

Pemaparan Realitas

Banyak kisah-kisah terselip dalam buku ini yang menggambarkan realitas kehidupan sesungguhnya. Misalnya mengenai kasus “suap” yang Andy saksikan sendiri dari guru STM-nya pada masa Ujian Akhir. Kemudian ketika tumbuh dewasa, praktek “suap” ini rupanya muncul juga di dunia Ia bekerja sebagai jurnalis. Kisah-kisah Andy yang dipaparkan dalam buku ini mengajarkan kepada pembaca bahwa dalam menghadapi permasalahan seperti ini, seseorang harus memiliki prinsip hidup yang kuat dan juga ketegasan. Terutama kasusnya saat seseorang menjadi Jurnalis yang dituntut untuk menjadi netral, saat Ia memiliki ‘hutang budi’ pada satu pihak, Ia akan sulit untuk menjadi objektif.

Buku ini juga banyak menceritakan mengenai permasalahan nasional dan bagaimana sudut pandangnya dari segi jurnalistik. Misalnya dalam bercerita kasus bentrok kedua kubu PDIP pada 27 Juli 1996 dan pada masa referendum Timor-Timor, dari kedua kasus nasional ini Ia sebutkan bahwa media harus memiliki sikap. Memiliki sikap bukan berarti membela semaunya, namun dalam konteks ini adalah membela yang benar dengan pemberitaan harus tetap objektif. Pembaca dibuat bukan hanya membaca kisah hidup Andy, namun juga mendapatkan informasi bagaimana menegakkan idealisme bersama di atas sebuah kasus yang penuh dilema. Apalagi saat permasalahan PDIP itu masih di bawah kuasa rezim orde baru.

Pemaparan pada buku ini banyak menunjukkan realitas lainnya yang dekat dengan kehidupan masyarakat seperti kemiskinan, dijabarkan lewat kisah Andy melalui gaya penulisan buku yang mudah dicerna. Sudut pandang “aku” membuat seakan-akan Andy adalah penulis dari buku ini dan dekat dengan pembaca. Pembagian tulisan dalam sub judul membuat emosi pembaca turun naik. Jika diawali dengan cerita yang menyedihkan, penulis kemudian mampu membagi dan menyelipkan guyonan dalam sub-bab tulisan-tulisan yang terkesan ‘tidak ada kaitannya’, padahal itulah yang membuat emosi pembaca naik turun.

Sayangnya, alur waktu pada buku ini masih belum terlalu jelas. Waktunya maju mundur dan tidak diberikan konteks waktu yang jelas. Sehingga pada beberapa bagian dapat menimbulkan kebingungan pembaca. Namun kekurangan ini juga tidak mengurangi substansi buku, karena buku ini telah mampu memberikan banyak manfaatnya dan mampu menjabarkan jawaban atas tujuan untuk menginspirasi orang lain.


2 komentar: